Sabtu, 12 Juli 2008

KELUARGA YANG DIBERKATI ALLAH


KELUARGA YANG DIBERKATI ALLAH

Herald Siagian

Judul ini singkat tapi cakupannya sangat luas. Tiap orang punya versi sendiri mengenai judul ini. Alkitab menjelaskan tentang keluarga dengan sangat mudah dipahami. Bisa dipahami orang yang tidak berpendidikan, berpendidikan rendah, maupun yang berijazah S1, S2, S3.

Suami, Ayah, dan Anak

Alkitab berkata di Efesus 5:28-30: “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.” Dengan pemahaman sederhana dapat dikatakan bahwa suami yang berselingkuh adalah orang yang membenci tubuhnya sendiri, sebab dia membenci atau menyakiti isterinya dengan cara bersetubuh dengan perempuan lain. Allah tidak mungkin bisa dipermainkan oleh laki-laki yang tidak setia kepada isterinya. Dia tidak memberkati keluarga itu.

Mungkin pembaca heran mengapa suami yang berselingkuh mendapat materi lebih lancar, bisnis lebih bagus daripada suami yang baik-baik. Tak perlu heran sebab Allah memberikan sinar matahari dan oksigen kepada semua orang tanpa memandang SARA. Pembaca yang lain bisa jadi berkata biarlah melarat asal taat. Bukan begitu sebab ada tertulis: “Diberkatilah laki-laki yang takut akan Tuhan”. Taat dan berkat itu satu paket.

Ada yang bertanya kepada saya apakah betul ada laki-laki puber kedua. Jawab saya tidak ada puber kedua, ketiga, keempat, dst. Mungkin cara saya menjawab tidak sebagus seorang MPsi. Bukan puber kedua, tapi kesempatan kedua, ketiga, keempat, dst untuk mendapat perempuan lain sebab sarana sudah tersedia yaitu hp untuk mem-booking si-wil, mobil untuk menjemputnya, uang untuk membayar hotel untuk bobok-bobok siang. Pengendalian diri atau self-control diperlukan untuk mengelola fasilitas yang dimiliki seorang suami. Itu adalah buah Roh Tuhan. Tanpa self-control suami kehilangan kendali karena mabuk fasilitas dan peluang.

Orang bijak berkata kepada suami/ayah: “Kalau kau mengasihi anakmu, kasihilah ibunya.” Anak kecil atau anak besar punya nurani yang bisa memastikan apakah ayahnya sungguh-sungguh mengasihi ibunya. Jika benar ibunya dikasihi ayahnya maka anak merasa aman, dia akan bertumbuh secara wajar. Peran lain seorang ayah adalah membimbing anak dari bayi yang selalu menuntut menjadi dewasa yang sudah bertanggung jawab. Ayah yang baik menyiapkan anak-anaknya siap dalam pertandingan kehidupan ini. Ada pertandingan fisik seperti tinju, ada pertandingan otak seperti catur, ada pertandingan tanpa lawan seperti golf, ada pula pertandingan iman. Ayah menjadi pelatih bagi anaknya menyiapkan fisik, otak, emosi, iman. Tak selalu menang, dan tak selalu kalah. Itu sebabnya ayah mengandalkan Allah melatih anak-anaknya.

Bisa jadi berkat Allah tidak cukup tempat dalam anak karena pikiran dan hati anak sudah penuh dengan “berkat” dunia melalui tontonan dan bacaan, baik melalui media cetak ataupun elektronik. Inilah salah satu ciri anak di abad 21 ini. Mereka berlimpah informasi yang tidak perlu, atau banjir informasi. Banjir artinya berlimpah air yang tidak perlu. Kebetulan minggu lalu saya kebanjiran spam di email saya sebanyak 857 buah pada hari itu. Segera delete karena tidak perlu. Anak tidak mampu men-delete jadi informasi langsung masuk, karena itu ayah harus membantu anak menyiapkan filter untuk menyaring informasi.

Tugas rangkap suami/ayah sekaligus imam tak bisa ditawar. Itu harga mati. Dialah yang berseru kepada Allah tentang keluarganya. Dialah yang mengajarkan Sabda Allah kepada isteri dan anak, juga semua orang yang ada dalam rumahnya. Sebelum anak-anak berangkat ke sekolah, imam keluarga menumpangkan tangan di atas kepala anak, kiranya Tuhan Yesus memberkati anak-anak kami.

Suami/ayah adalah pemimpin tertinggi dalam keluarga. Tapi pemimpin ini harus rela dipimpin oleh the Greatest Leader di surga dan di bumi yaitu Tuhan Yesus Kristus. Orang tua suami atau orang tua isteri dilarang menjadi pemimpin tertinggi di dalam keluarga. Mereka boleh menjadi penasehat tapi bukan pembuat keputusan. Banyak contoh keluarga dikendalikan sang penasehat itu yang menjadikan keluarga tidak sehat. Lebih parah lagi kalau mereka tinggal di rumah milik orang tua suami atau orang tua isteri.

Kalau mau diberkati Allah, suami harus mengasihi isterinya sendiri, bukan isteri orang lain. Selain itu Alkitab berkata di Efesus 6: 4: “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”


Isteri, Ibu, dan Anak

Ada tertulis di Efesus 5:24: “Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.” Ini makin tidak menarik karena dunia selalu mendorong ke arah persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Apalagi jika suami dan isteri sama-sama bekerja dan menghasilkan uang. Lebih parah lagi jika gaji isteri lebih besar daripada gaji suami.

Pembaca, adakah keluarga bahagia dimana isteri menjadi atasan suaminya? Tidak ada! Allah tidak mungkin bisa dipermainkan oleh perempuan yang tidak tunduk kepada suaminya. Dia tidak memberkati keluarga itu.

Selalu dipertentangkan mana yang lebih dahulu, apakah suami yang mengasihi isteri atau isteri yang tunduk kepada suami. Dua-duanya harus berlomba untuk memulainya. Tidak dikatakan bahwa suami mengasihi isterinya kalau isteri tunduk kepada suami. Atau isteri tunduk kepada suaminya kalau suami mengasihi isteri. Mempertentangkan hal ini adalah ciri suami-isteri yang belum dewasa. Belum dewasa berarti selalu menuntut pihak lain lebih dahulu.

Kami menikah di GPII (sekarang GMII, Gereja Misi Injili Indonesia) pada Nov-85. Anak sulung kami lahir bulan Nov-86, yang kedua di Mar-89, dan yang bungsu pada Nov-90. Saya minta isteri saya untuk boleh kembali melanjutkan profesinya sebagai guru apabila anak-anak kami sudah melewati masa balita. Isteri saya tunduk kepada keputusan saya, sebab dia tahu saya sungguh-sungguh mengasihi dia. Mulai 1998 isteri saya menjadi guru lagi. Pembaca, tidak semua suami meminta seperti permintaan saya. Masing-masing keluarga punya ciri sendiri.

Saya ditempatkan di kantor cabang (Palembang, Pontianak, Batam) selama 12 tahun. Selalu isteri dan anak-anak ikut pindah bersama saya. Saya menghindari pencobaan bagi laki-laki yang tidak serumah dengan keluarganya. Masih segar dalam ingatan saya isteri saya bangun pagi ketika hari masih gelap untuk menyiapkan segala sesuatu untuk tiga anak kami yang masih kecil dan memasak makanan untuk saya sebelum berangkat kerja. Dia juga tahu bahwa saya bekerja keras di kantor. Kami sepakat untuk tidak korupsi, tapi bekerja keras dan bekerja cerdas untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menolong keluarga dekat dan orang lain.


Mazmur 128

Mazmur 128 sangat spesial bagi kami karena itulah yang dikhotbahkan Pdt I Ktut Gana di ibadah pernikahan kami. Sebelum kami menikah Pdt Yosuo Atsumi seorang misionari Jepang memberi bimbingan pranikah selama 12 bulan. Allah menolong kami melalui hamba-hambaNya. Allah itu hidup, Dialah sumber berkat. Kalau diminta untuk memilih, kami tetap memilih lengket dengan sumber berkat daripada berkat yang diberikanNya. Amin.

http://www.perkantasjkt.org/ArticleDetail.asp?id=183